Oleh : Wayan Sunarta
![]() |
(Peter Dittmar dan karyanya) |
Kekosongan. Barangkali itulah tujuan akhir manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia yang sejatinya penuh diliputi duka derita. Manusia
bermula dari kosong dan kembali kepada kosong. Pada titik ini kita menjadi
paham mengapa pangeran Siddharta rela melepas segala ikatan duniawi,
meninggalkan segunung harta kekayaannya, pergi menjauhi kerajaan, menyelami
kekosongan dan menjadi Buddha.
Konsep kekosongan ini pula yang banyak mengilhami Peter
Dittmar dalam menciptakan lukisan-lukisannya. Hal itu bisa disaksikan dalam
pameran tunggalnya yang digelar di Tonyraka Art Gallery, Mas, Ubud, dari tanggal 11 hingga 27
Januari 2013, bertajuk “New Colour Windows and Calligraphy”.
Lukisan-lukisan Peter Dittmar seperti haiku, puisi tradisional Jepang. Penuh
dengan keheningan meditatif. Pada bidang-bidang warna, dia membubuhkan
simbol-simbol kuno, seperti bentuk lingkaran, bujur sangkar dan persegi
panjang. Pada beberapa karyanya, di atas warna dasar dia membuat variasi bidang
dengan degradasi warna tertentu yang menampilkan kesan transparan dan kedalaman
ruang. Pada hamparan warna merah, biru, dan warna-warna lain, dia membuat
komposisi garis spontan berupa cipratan warna yang membentuk semacam permainan
kaligrafi yang memesona.
Peter Dittmar berupaya memadukan konsep teknik melukis
ala Barat dengan filosofi Timur. Penggambaran bidang dan warna merujuk pada
konsep dan filosofi mandala
(bidang-bidang mistis), sehingga menjadi perpaduan yang utuh dalam
karya-karyanya yang mengesankan spiritualitas.
![]() |
(karya Peter Dittmar) |
Sejak lama, Peter Dittmar telah tertarik dengan
spiritualitas Timur. Dia pernah melakukan perjalanan ke India, menggali
inspirasi dari kosmologi Hindu-Buddha, demi memenuhi hasrat jiwanya akan
spiritualitas. Dia menjadi bagian dari arus ide-ide Timur yang kemudian
merasuki pikiran remajanya untuk memberontak pada kemapanan, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh kaum Generasi Bunga.
Pesona Timur telah merasuki jiwanya. Dia menekuni ajaran
Zen Buddhisme. Ajaran-ajaran Zen itu pula yang banyak memengaruhi konsep
karyanya. Dia melatih diri dalam seni kaligrafi, dengan goresan yang kuat,
tegas dan cepat, namun tetap mengesankan kelembutan. Dia mendalami hakikat
warna dan keheningan yang dipancarkannya.
Dittmar lahir di Munich, Jerman, tahun 1945. Pada tahun 1959-1963 dia
menempuh pendidikan seni rupa di Academy
of Fine Art Munich. Kemudian 1968-1982 dia mengajar seni di Munich at scholls, colleges and universities.
Tahun 1983 dia mengajar seni rupa di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) hingga
1984. Tahun 1986 dia sempat mengajar seni di Federal University of Para di Belem, Brasil. Dia telah berkali-kali
menggelar pameran bersama dan tunggal di kota-kota besar dunia, seperti New York, Yokohama, Guangzhou, Huangzhou
(Cina), Melbourne, Tokyo, Singapura, Basel, Berlin, Hong Kong, Sydney, Jakarta,
Bandung, Bali, dan beberapa tempat lainnya. Sejak tahun 1982 dia menetap di
Bali. Sejak tahun 2002 dia juga membuka studio dan sekali waktu menetap di
Sydney.
Kebanyakan karya Dittmar merepresentasikan pencarian spiritual dan
perenungan akan hakikat kehadiran kosmos. Dia berkeyakinan kosmos dibentuk oleh
dua unsur yang saling berlawanan namun mengharmoniskan, seperti nature-culture, laki-perempuan,
panas-dingin, dan sebagainya. Dalam terminologi kebudayaan Bali sering disebut
sebagai konsep Rwa Bhineda, atau
dalam ajaran Tiongkok kuno dikenal dengan paham Ying-Yang. Dittmar mengatakan selama bertahun-tahun mengakrabi
spiritualitas dan kebudayaan Bali, dia terus berupaya menyerap taksu kosmologi tanah Dewata untuk
proses penciptaan karya-karyanya.
![]() |
(karya Peter Dittmar) |
Dittmar menggarap karya-karyanya di atas bidang-bidang
yang dilapisi dengan sejenis kertas merang yang biasa dipakai pada
ritual-ritual di kuil Buddha dan Kong Hu Cu. Bidang-bidang itu dibentuk dengan
mengacu pada simbol-simbol kuno, seperti lingkaran, bujur sangkar dan persegi
panjang, yang mempresentasikan jendela dengan nuansa warna tertentu. Untuk
mencitrakan ruang kosong, ia melubangi pusat bidang dengan bentuk-bentuk lingkaran.
Pada bidang-bidang yang telah dilapisi kertas merang itu,
Dittmar membuat sapuan warna coklat muda, abu-abu, biru, merah, dan campuran
abu-abu dengan kuning emas sebagai background.
Warna dasar itu kemudian ditera dengan alat khusus sehingga memunculkan jejak
garis bertekstur dan bervariasi, seperti garis lengkung bergelombang, garis lurus. Hal itu, misalnya,
bisa disimak pada lukisan “Color Window” yang menampilkan jejak-jejak garis
melingkar di dasar warna merah, yang kemudian memusat pada bidang bujur sangkar
menyerupai jendela berwarna biru.
Pada beberapa karyanya, di atas warna dasar dia membuat
variasi bidang dengan penyebaran warna tertentu yang mencuatkan kesan
transparan dan terkadang menampilkan aksentuasi bidang berwarna merah menyala,
hitam, kuning emas. Pada beberapa karyanya yang lain, dia menciptakan komposisi
garis spontan dan cipratan warna yang membentuk kaligrafi.
Karya-karya
terbaru Peter Dittmar sangat berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dalam seri
terbarunya, ekspresi spontan telah digantikan oleh keteraturan dan kontrol. Dia terus menerus mendalami hakikat warna dan
bidang, berupaya menemukan jenis
abstraksi yang sama sekali berbeda. Tentu upaya-upaya itu selalu berkaitan
dengan pencarian spiritualnya.
Ford edge titanium 2019 | Titanium Games | TITanium
ReplyDeleteAt titanium metal TITanium Games, we offer some of the best and best games to play on mens black titanium wedding bands your titanium stronger than steel computer and mobile device – titanium charge mobile, and titanium rimless glasses online!
wf692 sperry ireland,karhu sneakers,karhu trainers,sanukbuty,lasportivafemme,moniaskor,toms schuhe schweiz,la sportiva patike,sperryboatshoescanada zh016
ReplyDelete