Labels

Friday 30 August 2013

Kendala Berbahasa

Catatan Dewan Juri Lomba Penulisan Cerpen Tingkat SMK/SMA se-Bali 2013 Yang Digelar Balai Bahasa Provinsi Bali


Kendala Berbahasa

Oleh : Wayan Jengki Sunarta

Perlu disyukuri, setiap tahun Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar lomba penulisan cerita pendek (cerpen) tingkat SMK/SMA se-Bali. Dalam perlombaan tahun ini, Dewan Juri menerima sekitar 100-an naskah cerpen. Dewan Juri terdiri dari Oka Rusmini (sastrawan), Wayan Jengki Sunarta (sastrawan), dan I Gusti Ketut Tribana (akademisi).



Seperti tahun-tahun sebelumnya, peserta sangat antusias untuk mengikuti lomba tahun ini. Namun, Dewan Juri menilai, sebagian besar naskah yang masuk kedodoran dalam persoalan bahasa. Rata-rata peserta belum mampu menulis atau mengarang dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka lemah dalam hal penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan tata bahasa. Gaya bahasa gaul (prokem) dan kalimat-kalimat bahasa Inggris mendominasi naskah peserta lomba. Ini menunjukkan peserta kurang percaya diri menggunakan bahasa nasionalnya. Atau, jangan-jangan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kurang mendapat perhatian di sekolah-sekolah di Bali.

Unsur-unsur intrinsik cerpen juga kurang tergarap dengan baik, seperti pemilihan tema, setting cerita, plot/alur, penokohan, gaya bahasa, dialog, amanat, sudut pandang pengarang. Sebagian besar peserta mengangkat tema percintaan remaja, dengan bahasa yang sangat “ABG”. Sebenarnya tema percintaan bisa saja diangkat menjadi cerpen yang menarik, tergantung bagaimana cara menuturkan atau mengemasnya sehingga enak dibaca. Tema percintaan akan menjadi basi jika dituturkan dengan cara “begitu-begitu” saja, terlalu konvensional, dan tanpa angle (sudut pandang) yang menarik.

Ada beberapa peserta mengangkat tema adat, kasta, dan ketertindasan perempuan. Namun tema-tema itu terasa terlalu dipaksakan, karena kurang eksplorasi, riset, atau memahami pokok persoalan yang sedang ditulis menjadi cerpen. Artinya, peserta harus lebih banyak membaca, mengadakan riset, atau studi banding dengan cerpen-cerpen yang mengangkat tema serupa.

Dalam proses penilaian, Dewan Juri mengadakan seleksi secara bertahap dan ketat, untuk mendapatkan cerpen-cerpen yang layak menjadi juara. Dewan Juri tidak menilai secara point per point, namun menilai keutuhan cerpen-cerpen peserta. Sebab terkadang ada cerpen memiliki judul dan alenia awal (lead) yang menarik, namun kedodoran di beberapa alenia berikutnya. Atau, ada cerpen dengan tema menarik, namun dikemas dengan bahasa gaul yang sangat kenes. Di sisi sebaliknya, terdapat juga cerpen dengan tema biasa, tapi dikemas dengan bahasa yang lincah dan menggugah minat pembaca.

Dalam rapat Dewan Juri yang digelar Senin 26 Agustus 2013 di kantor Balai Bahasa Provinsi Bali, masing-masing juri menyodorkan sejumlah naskah nominasi, yang kemudian disaring untuk menentukan yang mendapatkan tiga suara dan dua suara. Ada tiga cerpen yang mendapatkan tiga suara. Artinya, semua juri memilih cerpen-cerpen tersebut. Kemudian Dewan Juri kembali memberikan penilaian secara utuh dan mendiskusikan ketiga cerpen tersebut untuk menentukan Juara 1, 2, dan 3. Dan, dengan pola yang sama, Dewan Juri juga menilai dan mendiskusikan cerpen-cerpen yang mendapatkan dua suara, untuk menentukan yang berhak masuk dalam katagori juara harapan.

Akhirnya, Dewan Juri memutuskan pemenang, yakni Juara I : “Masatia” karya Galang Riang Gempita (SMAN 2 Amlapura), Juara II : “Cahaya Hujan Seusai Perang” karya Ni Putu Santhi Widiastuti (SMAN2 Semarapura), Juara III: “Harapan Dalam Senja” karya Luh Hias Widiasih (SMA Dwijendra, Denpasar), Harapan I: “Bekapan Singkat” karya Anik Alifiani (SMAN 4 Denpasar), Harapan II : “Obituari Biru” karya Virga Dwi Efendi (SMAN 7 Denpasar), dan Harapan III: “Cahaya Kunang-kunang” karya Ni Luh Putu Triyana Adayanti (SMKN 1 Denpasar).

Workshop Penulisan Cerpen

Untuk meningkatkan kemampuan pelajar SMA/SMK dalam menulis cerpen, Balai Bahasa Provinsi Bali perlu menggelar workshop penulisan cerpen sebelum menyelenggarakan lomba. Pemateri workshop sebaiknya berasal dari kalangan sastrawan (penulis cerpen) dan akademisi (pakar bahasa Indonesia). Peserta diprioritaskan untuk para pelajar yang pernah mengikuti lomba penulisan cerpen.

Selain itu, Balai Bahasa juga perlu menggelar silahturahmi kesusastraan yang melibatkan sastrawan, akademisi, pelajar/mahasiswa, guru bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini penting untuk pendataan sastrawan di Bali dari senior hingga pemula. Selain itu juga untuk membangun jejaring kesusastraan di Bali.

No comments:

Post a Comment