Labels

Friday 30 August 2013

Kendala Berbahasa

Catatan Dewan Juri Lomba Penulisan Cerpen Tingkat SMK/SMA se-Bali 2013 Yang Digelar Balai Bahasa Provinsi Bali


Kendala Berbahasa

Oleh : Wayan Jengki Sunarta

Perlu disyukuri, setiap tahun Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar lomba penulisan cerita pendek (cerpen) tingkat SMK/SMA se-Bali. Dalam perlombaan tahun ini, Dewan Juri menerima sekitar 100-an naskah cerpen. Dewan Juri terdiri dari Oka Rusmini (sastrawan), Wayan Jengki Sunarta (sastrawan), dan I Gusti Ketut Tribana (akademisi).

Monday 27 May 2013

Sepuluh Perupa Memandang Bali



Oleh : Wayan Jengki Sunarta*
 

(karya Made Romi Sukadana)
Jika dicermati dari tatanan sosial, budaya, ekonomi, agama, dan lini kehidupan lainnya, Bali telah begitu banyak mengalami perubahan. Perubahan itu tentu berdampak baik maupun buruk. Perubahan ke arah baik akan disyukuri oleh banyak orang. Namun, perubahan ke arah yang buruk selalu mengundang pertanyaan, diskusi, perdebatan, gunjingan, pemikiran maupun sikap kritis.

Wednesday 20 February 2013

Pesta Para Janda, Gairah Cinta dan Persahabatan




Oleh : Wayan Sunarta

Judul               : Pesta Para Janda
Penulis            : Yunis Kartika
Penerbit          : Chibi Publisher, Bandung
Tebal               : xiv + 221 halaman
Cetakan II       : November 2012

Akhir-akhir ini, kaum perempuan semakin meminati dunia tulis menulis. Dari pelajar, pegawai, artis, hingga ibu-ibu rumah tangga, seakan berlomba-lomba memproduksi tulisan. Tak hanya puisi, mereka juga menulis esai, cerpen, cerbung, novel, biografi. Kegairahan menulis ini juga didukung oleh dunia panerbitan yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para perempuan berekspresi dan menerbitkan tulisannya.  

Thursday 7 February 2013

Keheningan Kaligrafi Peter Dittmar



Oleh : Wayan Sunarta

(Peter Dittmar dan karyanya)
Kekosongan. Barangkali itulah tujuan akhir manusia dalam menjalani kehidupan di dunia yang sejatinya penuh diliputi duka derita. Manusia bermula dari kosong dan kembali kepada kosong. Pada titik ini kita menjadi paham mengapa pangeran Siddharta rela melepas segala ikatan duniawi, meninggalkan segunung harta kekayaannya, pergi menjauhi kerajaan, menyelami kekosongan dan menjadi Buddha. 

Saturday 2 February 2013

Gejolak Jiwa Seinia




Oleh: Wayan ‘Jengki’ Sunarta


( I Kadek Seinia Dwi Pratama)
Di dalam dunia seni, seringkali usia tak berbanding lurus dengan kematangan dan kualitas karya yang diciptakan seorang seniman. Misalnya, banyak seniman yang matang secara usia, namun masih mentah secara karya. Begitu pula sebaliknya. Dalam seni menulis puisi, misalnya, dunia mengenal Arthur Rimbaud (1854-1891), penyair cemerlang Perancis yang menulis puisi sejak usia 15 tahun. Di usia belianya, puisi-puisinya yang surealistik menggemparkan perpuisian Perancis saat itu. Pada usia 21, dia berhenti menulis puisi. Namun, hingga kini puisi-puisinya tetap dikagumi dan menjadi kajian kesusastraan dunia.

Thursday 24 January 2013

Suklu, Meditasi dalam Seni



Oleh Wayan ‘Jengki’ Sunarta


(perupa Wayan Sujana Suklu)
Senja hampir samar di awal April 2011. Hujan belum juga reda. Saya tiba di Banjar Lepang, Klungkung, Bali. Tubuh saya setengah basah karena perjalanan menembus hujan dari Denpasar. Saya menghentikan motor di depan jalan setapak di pinggiran bypass Ida Bagus Mantra. Dari arah Denpasar, jalan setapak itu berada di sebelah kiri. Di tepi mulut jalan setapak itu teronggok sebuah beruk raksasa. Beruk itulah penanda jalan setapak menuju tempat pertapaan I Wayan Sujana alias Suklu, perupa kelahiran Klungkung, 6 Pebruari 1967, yang namanya telah tercatat di ranah seni rupa nasional dan internasional.

Akar Muda dan Nilai-nilai Kepahlawanan



Oleh Wayan ‘Jengki’ Sunarta


(akar muda....)
Siapa yang pantas disebut pahlawan? Pahlawan bukan hanya orang-orang yang ikut berjuang melawan penjajah, seperti yang dipahami masyarakat awam. Konsep “pahlawan” tentu bisa menjadi sangat luas. Sebutan “pahlawan” layak juga diberikan kepada, misalnya, pelacur yang berjuang menghidupi anak-anaknya, preman yang menyelamatkan seorang gadis dari pemerkosaan, atau seekor anjing yang menyelamatkan majikannya dari gigitan kobra. Deretan contoh ini akan menjadi sangat panjang untuk memasukkan siapa saja yang bisa dikatagorikan sebagai pahlawan.

Treasure Islands, Ketika New York Ditukar dengan Pulau Rhun




Oleh : Wayan Sunarta


(suasana pameran/foto Gus Wir)
Sejak zaman kerajaan, Kepulauan Nusantara telah tersohor hingga manca negara sebagai kawasan yang penuh dengan harta karun. Itu karena kekayaan alam yang sangat melimpah, seperti hasil tambang (emas, perak, permata, dll), hasil pertanian dan perkebunan (rempah-rempah, dll). Harta karun yang melimpah inilah menyedot perhatian negara-negara lain untuk menguasai Nusantara. 

Wednesday 23 January 2013

Seni Lukis Batuan Kembali Bangkit



Teks dan Foto : Wayan Sunarta


(suasana pameran)
Seni lukis gaya Batuan, Bali, telah dikenal sejak tahun 1930-an, dengan ciri khas figur-figur menyeramkan dan warna suram yang memenuhi bidang lukisan. Seiring perkembangan zaman, seni lukis Batuan berkembang secara tematik. Namun, secara pasar, seni lukis Batuan yang masih dikatagorikan seni lukis tradisional kalah bersaing dengan seni lukis modern.

Mengapresiasi Suara Jiwa Kuta



Oleh: Wayan ‘Jengki’ Sunarta


(suasana pameran)
Sebagai kawasan pariwisata internasional, seperti halnya Sanur dan Ubud, eksistensi Kuta tak bisa dilepaskan dari peran seni rupa. Hingga saat ini, Kuta masih tercatat sebagai salah satu pusat perdagangan karya-karya seni rupa, baik lukisan maupun kriya. Hal itu diperkuat lagi dengan kehadiran galeri-galeri seni rupa yang lebih memosisikan diri sebagai tempat “jualan.” Di Kuta, seringkali sulit membedakan karya-karya seni rupa kodian (kelas artshop) yang cenderung berbaur dengan karya-karya yang menjunjung pencapaian ekspresi dan estetika. 

Bonuz Memburu Harmoni



Oleh : Wayan ‘Jengki’ Sunarta
 

(Putu Bonuz di depan lukisannya/foto Gus Wir)
Jangan pernah mengapresiasi lukisan-lukisan abstrak dengan logika. Sebab lukisan abstrak tak pernah menyimpan atau memberi jawaban untuk memuaskan logika. Menikmati lukisan abstrak seperti memandang keindahan alam. Ketika kita menatap sehampar laut yang tenang dan biru, atau panorama pegunungan yang hijau sejuk, kita hanya akan terdiam dan merasakan keindahan itu mengalir menjalari sel-sel tubuh kita. Di depan sehampar laut biru, tak mungkin terlontar dari mulut kita pertanyaan bodoh, seperti: “apa artinya ini?”