Teks dan Foto : Wayan
Jengki Sunarta
(Walking karya Christopher Stern) |
Dua perupa beda benua,
Christopher Stern dan Ammarin Kuntawong, menggelar pameran bersama di Paros
Gallery, Banjar Palak, Sukawati, Gianyar. Pameran bertajuk “Foreign/er” yang diadakan
dari tanggal 18 Januari hingga 12 Februari 2014 itu menampilkan karya-karya
seni lukis dan etsa.
Christopher Stern alias
Chris adalah seniman kelahiran San Francisco, California, USA, 12 Juli 1966.
Pada 1988 dia meraih gelar Bachelor of Arts, East Asian Studies, Columbia
University USA. Tahun 1993 dia meraih gelar Master of Arts dalam bidang Desain
dan Industri, dari San Francisco State University, California, USA. Chris
sangat fasih berbahasa Indonesia. Dia pernah lama menetap di Bali, dan bahkan
pada 1999 dia mendirikan “Galeri Sembilan” di Lodtunduh, Ubud, Gianyar. Galeri
itu menjadi legendaris karena menggelar pameran secara berkala dan banyak
mensupport para perupa muda di Bali. Chris termasuk seniman ekspatriat yang
eksentrik dan sangat peduli pada perupa muda dan kemajuan seni rupa di Bali.
Sekitar tiga tahun lalu,
Chris memutuskan untuk menetap di Chiang Mai, Thailand. Namun, dia selalu
menyempatkan diri mengunjungi Bali. Bakatnya sebagai seniman telah terbit sejak
dia masih kanak-kanak. Dan, selama di Chiang Mai, dia kembali menggali dan
mengembangkan bakatnya. Dia memantapkan dirinya untuk menjadi pelukis. Dia
banyak membuat sketsa, drawing, dan lukisan di kanvas. Pameran tunggal
pertamanya bertajuk “Experiments” digelar di The Meeting Room Art CafĂ©, Chiang
Mai, Thailand, 2013.
(karya Ammarin Kuntawong) |
Ammarin Kuntawong, lahir
23 April 1987 di Lampang, Thailand. Pada 2009, dia meraih gelar Bachelor of
Arts di Department of Printmaking, Faculty of Fine Arts and Architecture,
Rajamanggala University Technology of Lanna, Chiang Mai, Thailand. Dia telah
memamerkan karya-karyanya di sejumlah galeri di Thailand, di antaranya Jai Yong
Art Gallery, Serindia Gallery, Ardel Gallery of Modern Art, Chiang Mai Art
Museum.
Karya-karya Christopher
cenderung ekspresif dan kontemplatif dengan tampilan figur-figur yang terkesan
polos dan naif. Hal itu, misalnya, terlihat pada lukisan berjudul “Walking”
(oil, oil pastel and graphite on canvas, 73 x 52 cm, 2013). Lukisan ini
mengandung filosofi bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan. Setiap manusia
harus berjalan/bergerak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Gerak dalam
hal ini tentu tidak hanya fisik, namun juga jiwa dan pikiran. Chris sendiri
adalah seniman yang suka “berjalan”, mengembara dari satu tempat ke tempat
lainnya, untuk menemukan tempat yang nyaman bagi keheningan jiwanya.
(Nice to Meet You karya Christopher Stern) |
Pada lukisan berjudul
“Nice to Meet You” (oil and graphite on canvas, 56 x 58 cm, 2013), Chris
menampilkan sosok figur naif yang menjulurkan tangan untuk berkenalan. Lucunya,
jari tangan sosok figur itu berjumlah empat. Jika lukisan adalah ungkapan bawah
sadar pelukisnya, dari karya ini kita bisa menafsirkan, Chris adalah sosok
seniman yang selalu ingin berkenalan dengan daerah dan kebudayaan baru, meski
terkadang dia menjadi introvert atau cenderung menarik diri untuk hal-hal
tertentu.
Sementara itu, Ammarin
menampilkan karya-karya seni printmaking dengan teknik etsa “hard-ground” dan
“aquatint”. Karyanya kebanyakan menyuguhkan lanskap kawasan kerajaan Thailand
dengan sentuhan imajinasi yang kuat. Misalnya, bisa kita lihat pada karya
berjudul “Fog Town” (etching, 35,5 x 50, 5 cm, 2013), atau “Humble Town”
(etching, 35,5 x 50,5 cm, 2013). Selain lanskap yang eksotis, hal yang menarik
dari karya-karya Ammarin adalah kerapiannya. Karya-karyanya dikerjakan dengan
ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi.***
No comments:
Post a Comment