Labels

Saturday, 8 February 2014

Dua Perupa Beda Benua di Paros

Teks dan Foto : Wayan Jengki Sunarta


(Walking karya Christopher Stern)
Dua perupa beda benua, Christopher Stern dan Ammarin Kuntawong, menggelar pameran bersama di Paros Gallery, Banjar Palak, Sukawati, Gianyar. Pameran bertajuk “Foreign/er” yang diadakan dari tanggal 18 Januari hingga 12 Februari 2014 itu menampilkan karya-karya seni lukis dan etsa.


Christopher Stern alias Chris adalah seniman kelahiran San Francisco, California, USA, 12 Juli 1966. Pada 1988 dia meraih gelar Bachelor of Arts, East Asian Studies, Columbia University USA. Tahun 1993 dia meraih gelar Master of Arts dalam bidang Desain dan Industri, dari San Francisco State University, California, USA. Chris sangat fasih berbahasa Indonesia. Dia pernah lama menetap di Bali, dan bahkan pada 1999 dia mendirikan “Galeri Sembilan” di Lodtunduh, Ubud, Gianyar. Galeri itu menjadi legendaris karena menggelar pameran secara berkala dan banyak mensupport para perupa muda di Bali. Chris termasuk seniman ekspatriat yang eksentrik dan sangat peduli pada perupa muda dan kemajuan seni rupa di Bali.

Sekitar tiga tahun lalu, Chris memutuskan untuk menetap di Chiang Mai, Thailand. Namun, dia selalu menyempatkan diri mengunjungi Bali. Bakatnya sebagai seniman telah terbit sejak dia masih kanak-kanak. Dan, selama di Chiang Mai, dia kembali menggali dan mengembangkan bakatnya. Dia memantapkan dirinya untuk menjadi pelukis. Dia banyak membuat sketsa, drawing, dan lukisan di kanvas. Pameran tunggal pertamanya bertajuk “Experiments” digelar di The Meeting Room Art CafĂ©, Chiang Mai, Thailand, 2013.

(karya Ammarin Kuntawong)
Ammarin Kuntawong, lahir 23 April 1987 di Lampang, Thailand. Pada 2009, dia meraih gelar Bachelor of Arts di Department of Printmaking, Faculty of Fine Arts and Architecture, Rajamanggala University Technology of Lanna, Chiang Mai, Thailand. Dia telah memamerkan karya-karyanya di sejumlah galeri di Thailand, di antaranya Jai Yong Art Gallery, Serindia Gallery, Ardel Gallery of Modern Art, Chiang Mai Art Museum.

Karya-karya Christopher cenderung ekspresif dan kontemplatif dengan tampilan figur-figur yang terkesan polos dan naif. Hal itu, misalnya, terlihat pada lukisan berjudul “Walking” (oil, oil pastel and graphite on canvas, 73 x 52 cm, 2013). Lukisan ini mengandung filosofi bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan. Setiap manusia harus berjalan/bergerak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Gerak dalam hal ini tentu tidak hanya fisik, namun juga jiwa dan pikiran. Chris sendiri adalah seniman yang suka “berjalan”, mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya, untuk menemukan tempat yang nyaman bagi keheningan jiwanya.

(Nice to Meet You karya Christopher Stern)
Pada lukisan berjudul “Nice to Meet You” (oil and graphite on canvas, 56 x 58 cm, 2013), Chris menampilkan sosok figur naif yang menjulurkan tangan untuk berkenalan. Lucunya, jari tangan sosok figur itu berjumlah empat. Jika lukisan adalah ungkapan bawah sadar pelukisnya, dari karya ini kita bisa menafsirkan, Chris adalah sosok seniman yang selalu ingin berkenalan dengan daerah dan kebudayaan baru, meski terkadang dia menjadi introvert atau cenderung menarik diri untuk hal-hal tertentu.

Sementara itu, Ammarin menampilkan karya-karya seni printmaking dengan teknik etsa “hard-ground” dan “aquatint”. Karyanya kebanyakan menyuguhkan lanskap kawasan kerajaan Thailand dengan sentuhan imajinasi yang kuat. Misalnya, bisa kita lihat pada karya berjudul “Fog Town” (etching, 35,5 x 50, 5 cm, 2013), atau “Humble Town” (etching, 35,5 x 50,5 cm, 2013). Selain lanskap yang eksotis, hal yang menarik dari karya-karya Ammarin adalah kerapiannya. Karya-karyanya dikerjakan dengan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi.***









No comments:

Post a Comment