Labels

Tuesday 22 May 2018

Galang Kangin: Merenungi Masa Silam, Menatap Masa Depan






Teks dan Foto Oleh Wayan Jengki Sunarta



(Menembus Badai karya Made Supena)
Sebuah jukung (sampan) terpajang di tengah ruangan. Beberapa bagian dinding jukung yang tampak rapuh itu berhias lukisan wayang gaya Kamasan. Di bagian tepi dan tengah jukung berderet figur-figur yang duduk bersila dan beberapa di antaranya berdiri seolah menantang angin dan ombak. Jukung tua itu masih terlihat gagah mengarungi lautan waktu.

Jukung yang menyedot banyak perhatian pengunjung itu adalah sebuah seni instalasi berjudul “Menembus Badai” (500 x 50 x 120 cm, mix media, 2011) karya Made Supena. Jukung itu adalah salah satu karya pilihan yang dipamerkan di Bentara Budaya Bali, 13-21 Mei 2018, berkaitan dengan pameran retrospektif Galang Kangin yang dikurasi oleh Hardiman.

Pameran retrospektif ini menampilkan karya-karya terpilih dari masing-masing anggota yang diambil dari sejumlah pameran yang pernah digelar Galang Kangin. Selain karya Supena, seni instalasi karya Made Galung Wiratmaja yang berjudul “Naga Air” (2014) juga menjadi pencapaian tersendiri bagi senimannya. Atau, seni instalasi karya Dewa Gede Soma Wijaya berjudul “Yang Tersisa” yang berupa gugusan dan tumpukan batu berbagai ukuran,  mungkin menjadi sesuatu yang tak terpikirkan bagi perupa di Bali.

Selain seni instalasi, pameran ini juga menampilkan lukisan, karya trimatra, foto-foto masa lalu, kliping berita dan ulasan pameran di berbagai media cetak. Pameran ini membuat pengunjung bersentuhan langsung dengan kiprah Galang Kangin dalam keguyuban yang selalu terjaga. Pameran ini juga membuka permenungan terhadap masa silam Galang Kangin, sekaligus titik pijak untuk mengukur masa depan Galang Kangin.

Galang Kangin adalah sebuah kelompok seni rupa yang berdiri pada tanggal 9 April 1996. Kelompok ini dibentuk oleh mahasiswa seni rupa yang saat itu menempuh studi di PSSRD Universitas Udayana dan STSI Denpasar; kedua lembaga itu kemudian bergabung menjadi ISI Denpasar. Secara harfiah Galang Kangin berarti “cahaya dari timur”, “terang dari timur”, atau “fajar merekah”. Menilik dari namanya, Galang Kangin berupaya memberikan kesegaran baru bagi kehidupan seni rupa di Bali.

(Naga Air karya Galung Wiratmaja)
Sejak awal berdirinya, Galang Kangin telah mengeksplorasi estetika seni rupa dunia, mulai dari abstrakisme hingga seni instalasi yang sangat kontemporer. Bahkan pada 2002 Galang Kangin dengan gagah berani memproklamasikan manifesto berkeseniannya. Salah satu isinya adalah: “Bagi kami, seni merupakan suatu petualangan ke dalam dunia yang tidak dikenal, yang dapat diselidiki hanya oleh orang-orang yang mau mengambil risiko.”

Seperti halnya jukung yang mengarungi lautan, Galang Kangin telah lebih dari 20 tahun berproses dan turut memaknai serta mewarnai kehidupan seni rupa di Bali. Di dalam proses yang panjang itu tentu saja berbagai suka dan duka berkelindan bersama idealisme para anggotanya dalam menghayati kesenian. Terkadang di tengah jalan ada anggota yang keluar meninggalkan kelompok karena alasan tertentu. Namun ada juga anggota yang baru bergabung dan menjadi spirit tersendiri bagi keberlangsungan kelompok.

Para perupa yang tergabung dalam Galang Kangin adalah Made Supena, I Made Gunawan, I Nyoman Diwarupa, Dewa Gede Soma Wijaya, Wayan Setem, Sudarwanto, I Made Galung Wiratmaja, Nyoman Ari Winata, Wayan Naya Swantha, Made Sudana, I Putu Edy Asmara, AA Eka Putra Dela, Ni Komang Atmi Kristyadewi, I Ketut Agus Murdika, I Made Ardika. Selain tampil dalam pameran kelompok, para perupa ini telah kenyang dengan pengalaman pameran bersama maupun tunggal di  sejumlah tempat di dalam dan luar negeri.

Di tengah banyaknya kelompok seni rupa yang berguguran, Galang Kangin bisa menjadi contoh bagaimana sebuah kelompok mampu bertahan begitu lama. Selain manajemen, tentu saja mereka diikat oleh kekuatan “asah-asih-asuh” yang telah terpupuk dan terpelihara sejak para anggotanya masih mahasiswa.

Sebagai kelompok, Galang Kangin tidak melulu menampilkan karya-karya yang tampak indah dan manut pada selera pasar. Namun, para anggotanya juga menampilkan karya-karya yang berusaha kritis terhadap berbagai persoalan di luar estetika kesenian. Misalnya, kepedulian Galang Kangin pada lingkungan tampak pada pameran bertajuk “Kesadaran Makro-Ekologi: Transformasi Air dalam Karya Visual Atraktif” yang digelar pada bulan September 2014 di Bentara Budaya Bali.

(Wayan Sukra)
Galang Kangin menjadi seperti sekarang ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari peranan Thomas Freitag (1954-2013) alias Wayan Sukra, kurator dari Jerman. Wayan Sukra ikut menemani, memberikan semangat, sumbangan pemikiran, dan pencerahan kepada Galang Kangin saat awal-awal menempuh kehidupan seni rupa. Termasuk dia juga sering menjadi kurator pameran Galang Kangin sehingga sempat memunculkan polemik kurator asing di Bali pada jelang akhir 1990-an.

Made Galung Wiratmaja, salah satu pendiri Galang Kangin, mengakui bahwa Wayan Sukra sangat berperanan penting dan telaten mengasuh Galang Kangin. Bahkan, Wayan Sukra menyimpan satu rak data-data dan dokumentasi Galang Kangin, sesuatu yang tak terpikirkan oleh para perupa. Menurut Galung, Wayan Sukra selalu menghadirkan perspektif pemikiran yang jauh ke depan, termasuk pentingnya data dan dokumentasi kegiatan dalam  suatu kelompok.

Maka, untuk merayakan kehadirannya, Galang Kangin juga membuat buku tebal berjudul “Becoming: 20 Tahun Galang Kangin”. Buku itu berisikan tulisan kuratorial sejumlah pameran yang digelar Galang Kangin, kliping berita dan ulasan/kritik seni, testimoni beberapa tokoh, profil perupa, foto-foto kegiatan, dan karya-karya terpilih. Buku tersebut juga telah didiskusikan dalam program Pustaka Bentara yang digelar pada tanggal 8 April 2018 di Bentara Budaya Bali.

Kehadiran Galang Kangin patut dicatat dan mendapat tempat yang layak. Dan, tentu saja, yang lebih penting lagi, publik seni rupa masih tetap menunggu pencapaian Galang Kangin berikutnya. Menunggu karya-karya yang tidak melulu memamerkan estetika formalis, namun juga mengandung kepedulian pada permasalahan-permasalahan di tanah kelahiran. Semoga Galang Kangin tetap bersinar terang.***





No comments:

Post a Comment