Labels

Thursday 20 October 2011

Puisi-puisi 1993

                Sajak-sajak Wayan Sunarta


Tubuhku Hilang


senja pucat
matahari
lenyap
di pusar kabut

dari atas bukit
bocah bocah
mengusung bulan

aku bersorak girang
tubuhku hilang
ruang remang


1993


                Suaramu di Pintu


senja baru saja berangkat
meninggalkan tingkap

kudengar ketukan
di pintu

siapa bertamu?

kubuka pintu
tak ada sesiapa di luar
hanya dingin berdesir

aku balik ke bilik
mungkin angin
yang ngetuk
pintuku


1993
                

                 Perjalanan  


biarkan aku sendiri memburu sunyi
pada lubuk lubuk laut tubuhmu
sementara ikan ikan gelisah
dalam percintaan
atas ranjang uburubur

nelayan nelayan yang menadah angin
menebarkan jala jala rindunya
pada pusaran jantungmu

namun kau
begitu dalam mencumbu
bayang bayang perjalananku
hingga kuda laut yang kutunggangi
tersuruk dalam ceruk sunyi jiwaku


1993


                Jejak Angin pada Pasir


telah kuakarkan gelisah
pada nadi laut
hingga menghunjam kalbu bumi
dan aku menari nari memacu ombak
menjaring mentari yang terlelap
di pembaringan gulita

jukungku berlayar tanpa gairah
menyusuri jejak angin dan pasir
yang terlena di tengah percakapan purba
dan sayap sayap kabut
menyesatkan mataku yang papa
hingga aku terdampar di pesisirMu


1993


                Memburu Matahari


matahari melintas di gigir senja
hanya sampai di batas pantai ini
kau tentukan langkahku
hingga tebing waktu yang menghadang
sia sia kudaki

tangan tangan gaib
menampar mukaku
aku terpelanting
terperangkap
dalam galau angin
pandanganku meluntur
laut kelabu
mulut ombak menganga
hendak menerkam tubuhku

bertahun tahun kucari matahari
yang mengkristal dalam jantungmu
namun kini tubuhku
menggumpal dalam ususmu
sebentar lagi habis kau cerna


1993


                Pantai Candidasa


rinduku menetas di pasir
mengaca pada mata senja
kulihat bocah bocah telanjang dada
berlari membawa kabar ombak

tubuh jukung menggeliat lelah
setelah semalaman mendulang kasih

rinduku melaut biru
menghitung debur waktu
yang mengirim bayangan berlalu

wajahmukah itu, terhampar di biru lautan
penuh senyum yang melarutkan kenangan?

rinduku terhempas di pasir
ombak menepi menggoreskan luka
                         di akhir lepas senja

tubuh jukung luluh
dalam buih


1993


                Siapa


siapa yang bikin candi di pelataran hatimu
ketika angin melontarkan asap setanggi
pada pertapaan siwa
yang tenggelam dalam semadi

siapa yang nancapkan tombak di bukit jantungmu
ketika para moyang lelah menganyam jaman
yang ditetesi darah waktu

siapa yang menembangkan kidung nafas dewa
dan membekukan bola matamu
ketika senja meringis
menahan perih di rabu-Nya
                                                    

1993


                 Kaukah
                 

kaukah yang semayam di jantungku
namun begitu asing kurasa
air, pasir, ombak, angin
terangkum jadi satu lukisan
pada lembaran kanvas hidupku

kaukah laut yang memeram topan
dalam ketenangan
jadi gelombang dalam gelisah angin
hingga mengolengkan perahu-perahu
yang berlayar ke pulaumu

kaukah yang menyadap tetes-tetes rindu
dari pohon cinta yang hampir layu
hingga aku kembali berpaling
menatap lembut wajahmu


1993




Nyanyian Menara


bila aku menjelma air
mengikis cadas hatimu
ke mana akan kualirkan gelisah ini
o, kau yang berbunga di ladang kering jiwaku

telah kubangun menara
dari rusuk-rusukku
agar kau dapat memandang lebih jauh
ke dalam diriku
(jantungku yang kau panah
masih menyisakan perih…)

namun apa artinya menara
jika bulan pun rebah
di punggung ilalang

mimpiku berbunga darah
matahari dibutakan awan
tapi jiwamu masih saja mesra
tidur dalam sunyi


1993

 
Pencarian


saat malam menepikan sunyi
sebongkah kata telah aku gali
dari pancaran cahaya matamu
yang meredam kesumat langit

pada serambi jantungku
kutemui bentangan pelangi
yang dulu hilang dalam pencarian

kutahu kita adalah orang-orang
yang senantiasa dipagut gelisah
tapi adakah kau merasa
betapa setianya camar-camar
mengepak-ngepakkan sayap senyapnya
melintasi lautan jiwa

sedang ombak pun tanpa daya
di keterasingan pantai ini
lupa pada pijak-pijak perjalanan angin


1993


 

                Nelayan


jukungmukah itu
sendiri mendayung angin
ketika ombak lelah
mendongengkan mimpi-mimpimu

elang laut yang mengelana sepanjang musim
telah pulang ke kedamaian sarang
tapi mengapa kau masih saja mendayung?

ikan-ikan mengejekmu
umpan kailmu tanpa daya
dipermainkan rumput laut

ah, kedamaian laut yang memeram maut

adakah mimpi-mimpimu menjelma
ikan terbang yang mendongak langit
tidak ada bintang di atas sana!

bintang-bintang memeram sunyi di dasar laut
tapi kau masih saja mendayung
melayari gelisah laut jiwaku


1993

No comments:

Post a Comment