Labels

Thursday 20 October 2011

Puisi-puisi 2001

Sajak-sajak Wayan Sunarta


Bhisma


sebab kutuk dan janji
aku bertahan pada takdir ini
akulah bhisma
yang menatap hampa pada senja

beribu gagak
menggumpal hitam
di langit kurusetra
dan senja
muara abadi segala keluh

seperti abadi kesepianku
srikandhi, bentangkan busur panahmu
amba, bidikkan muram dendammu
biar melesat beribu anak panah biru
menyangga ragaku
mengukir takdir akhir

mengapa harus ada duka?
telah tumpas segala suka
saat surya rebah ke utara
aku pun tiba pada hampa


2001


                 Nocturno


buka sedikit jendela
agar cahaya 
merambat leluasa
pada mata kita

aku lupa
siapa yang memajang potret kita
bersandingan di dinding tua itu

tubuhmu menyentuh
tubuhku,
pengembara tua yang terlunta
ribuan tahun
memburu sumur cahaya

aku terkenang sebuah kartu
bergambar mawar putih
pemberianmu
lalu waktu leleh
dalam genggaman malam

akhirnya, kutemukan sumur itu
tubuhmu melunaskan hausku
sejauh perjalanan
dari kubur ke kubur


2001


                 Serenade


kaukah itu
yang melambai di ujung jalan
saat gerimis belum sempurna
jadi kupukupu
yang akan memahkotaimu
dengan serbuksari

gerai. gerailah rambut ombakmu
biarkan aku sesat perlahan
meresapi kutukan
terlunta
di negeri sendiri

segurat isyarat
sepucuk surat
wasiat dari hayatku
tak 'kan pernah sampai
padamu

namun, di ujung jalan itu
kau masih melambai
gerimis belum sempurna
jadi kupukupu


2001


 Akhir Juli


saat musim layang layang tiba
       angin membawa suaramu
kau tahu aku betah pada kamarku
       lagumu telah menguburku
begitu dalam. begitu dalam

senja tiba
dekat tingkap
angin terasa aneh
akhir juli
akhir juli
aku kembali

namun bocah itu tetap saja
pada  permainannya
layang layang yang digambarnya
di atas debu
telah membawa mimpiku
ke udara
              ke udara…

"ibu, aku telah sampai pada debu,"
gumamnya lirih


2001


 Bulan Rombeng


apa yang lekat
dari takut
yang susut
dalam kabut

di ujung gang kotaku
kau menunggu waktu
kenangan gugur
dari jemarimu gemetar

masihkah rerimbun pohon itu
memeram wangi mimpimu
hingga aku mesti paham
makna bulan yang rombeng
di ujung gang gang kotaku


2001


 Senja telah Susut



bila senja telah susut
kau pun luput
merajut waktumu

kudengar kembali suara sitar
yang kau mainkan di malam terakhir
melengking menyayat kenangan

mariyuana! mariyuana!
kau menguap dari hidupku

aku hanya kangen menatap parasmu
ada dua lengkung kantung mata
yang setia menyimpan rasa sakitku

namun senja telah susut
kau luput
dari genggaman


2001


                 Elegi Kota


kota tua yang melumuri wajahku
dengan sejarah dan juga darah
ungsikan letihmu

selalu saja ada yang ranggas
dari harapan jelata kota
hingga aku kembali
terkenang lekuk tubuhmu
yang memuai
pada hamparan mimpi
di kolong jembatan
dan gubug-gubug kardus

o, kota letih
yang selalu mengintai
urat leherku
aku mencintaimu


2001


















No comments:

Post a Comment