Tubuhku
Hilang
senja
pucat
matahari
lenyap
di
pusar kabut
dari
atas bukit
bocah
bocah
mengusung
bulan
aku
bersorak girang
tubuhku
hilang
ruang
remang
senja
baru saja berangkat
meninggalkan
tingkap
kudengar
ketukan
di
pintu
siapa
bertamu?
kubuka
pintu
tak
ada sesiapa di luar
hanya
dingin berdesir
aku
balik ke bilik
mungkin
angin
yang
ngetuk
pintuku
1993
Perjalanan
biarkan
aku sendiri memburu sunyi
pada
lubuk lubuk laut tubuhmu
sementara
ikan ikan gelisah
dalam
percintaan
atas
ranjang uburubur
nelayan
nelayan yang menadah angin
menebarkan
jala jala rindunya
pada
pusaran jantungmu
namun
kau
begitu
dalam mencumbu
bayang
bayang perjalananku
hingga
kuda laut yang kutunggangi
tersuruk
dalam ceruk sunyi jiwaku
1993
telah
kuakarkan gelisah
pada
nadi laut
hingga
menghunjam kalbu bumi
dan
aku menari nari memacu ombak
menjaring
mentari yang terlelap
di
pembaringan gulita
jukungku
berlayar tanpa gairah
menyusuri
jejak angin dan pasir
yang
terlena di tengah percakapan purba
dan
sayap sayap kabut
menyesatkan
mataku yang papa
hingga
aku terdampar di pesisirMu
1993
matahari
melintas di gigir senja
hanya
sampai di batas pantai ini
kau
tentukan langkahku
hingga
tebing waktu yang menghadang
sia
sia kudaki
tangan
tangan gaib
menampar
mukaku
aku
terpelanting
terperangkap
dalam
galau angin
pandanganku
meluntur
laut
kelabu
mulut
ombak menganga
hendak
menerkam tubuhku
bertahun
tahun kucari matahari
yang
mengkristal dalam jantungmu
namun
kini tubuhku
menggumpal
dalam ususmu
sebentar
lagi habis kau cerna
1993
rinduku
menetas di pasir
mengaca
pada mata senja
kulihat
bocah bocah telanjang dada
berlari
membawa kabar ombak
tubuh
jukung menggeliat lelah
setelah
semalaman mendulang kasih
rinduku melaut biru
menghitung
debur waktu
yang
mengirim bayangan berlalu
wajahmukah
itu, terhampar di biru lautan
penuh
senyum yang melarutkan kenangan?
rinduku
terhempas di pasir
ombak
menepi menggoreskan luka
di akhir lepas senja
tubuh
jukung luluh
dalam
buih
1993
siapa yang bikin candi di pelataran
hatimu
ketika angin melontarkan asap setanggi
pada pertapaan siwa
yang tenggelam dalam semadi
siapa yang nancapkan tombak di bukit
jantungmu
ketika para moyang lelah menganyam
jaman
yang ditetesi darah waktu
siapa yang menembangkan kidung nafas
dewa
dan membekukan bola matamu
ketika senja meringis
menahan perih di rabu-Nya
1993
kaukah yang semayam di jantungku
namun begitu asing kurasa
air, pasir, ombak, angin
terangkum jadi satu lukisan
pada lembaran kanvas hidupku
kaukah laut yang memeram topan
dalam ketenangan
jadi gelombang dalam gelisah angin
hingga mengolengkan perahu-perahu
yang berlayar ke pulaumu
kaukah yang menyadap tetes-tetes rindu
dari pohon cinta yang hampir layu
hingga aku kembali berpaling
menatap lembut wajahmu
1993
Nyanyian Menara
bila aku menjelma air
mengikis cadas hatimu
ke mana akan kualirkan gelisah ini
o, kau yang berbunga di ladang kering
jiwaku
telah kubangun menara
dari rusuk-rusukku
agar kau dapat memandang lebih jauh
ke dalam diriku
(jantungku yang kau panah
masih menyisakan perih…)
namun apa artinya menara
jika bulan pun rebah
di punggung ilalang
mimpiku berbunga darah
matahari dibutakan awan
tapi jiwamu masih saja mesra
tidur dalam sunyi
1993
Pencarian
saat malam menepikan sunyi
sebongkah kata telah aku gali
dari pancaran cahaya matamu
yang meredam kesumat langit
pada serambi jantungku
kutemui bentangan pelangi
yang dulu hilang dalam pencarian
kutahu kita adalah orang-orang
yang senantiasa dipagut gelisah
tapi adakah kau merasa
betapa setianya camar-camar
mengepak-ngepakkan sayap senyapnya
melintasi lautan jiwa
sedang ombak pun tanpa daya
di keterasingan pantai ini
lupa pada pijak-pijak perjalanan angin
1993
Nelayan
jukungmukah itu
sendiri mendayung angin
ketika ombak lelah
mendongengkan mimpi-mimpimu
elang laut yang mengelana sepanjang
musim
telah pulang ke kedamaian sarang
tapi mengapa kau masih saja mendayung?
ikan-ikan mengejekmu
umpan kailmu tanpa daya
dipermainkan rumput laut
ah, kedamaian laut yang memeram maut
adakah mimpi-mimpimu menjelma
ikan terbang yang mendongak langit
tidak ada bintang di atas sana!
bintang-bintang memeram sunyi di dasar
laut
tapi kau masih saja mendayung
melayari gelisah laut jiwaku
1993
No comments:
Post a Comment